Filipina Hentikan Ekspor Nikel, Indonesia Cepat-Kencang Kembangkan Kerjasama dengan Solomon

Bojong.my.id.CO.ID - JAKARTA Indonesia sedang menyusun taktik alternatif dengan menargetkan negara Solomon, yang merupakan penyedia bijih nikel, setelah Filipina memberlakukan larangan eksport produk nikel mereka.
Dewan Advisor Mining dari Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Djoko Widajatno mengatakan beberapa perusahaan Indonesia telah melakukan kontrak impor bijih kepada negara yang terletak di Samudra Pasifik, di bagian timur Papua Nugini tersebut.
"Solomon memiliki sejumlah perusahaan yang telah mengadakan kontrak untuk impor barang, namun saya tidak menyimpan data tentang volumenya," jelas Djoko ketika ditanyai pada hari Kamis, 29 Mei.
Asal tahu saja, p Pemerintah Filipina sedang menyusun RUU untuk mencegah ekspor sumber daya alam mentah, seperti nikel, dengan tujuan agar aturan ini efektif sejak Juni 2025.
Pemerintah Filipina mengimplementasikan langkah ini dengan tujuan meningkatkan sektor downstream dari industri pertambangan. Upaya tersebut mencakup dorongan kepada penambang agar mendirikan pabrik pengolahan dan pemurnian, atau smelter.
Lebih jauh, keputusan ini dianggap akan berdampak pula pada Indonesia. Meski menjadi produsen bijih nikel pertama di dunia. Indonesia masih bergantung pada produksi nikel Filipina untuk 'memberi makan' smelter-smelter di tanah air.
Menurut Djoko, apabila aturan tersebut secara resmi diimplementasikan, diprediksi bahwa Indonesia akan memerlukan impor sekitar 30 juta ton. Uta gunakan metrik ton (wmt) untuk persyaratan smelter.
"Jika Filipina stop , smelter harus segera dapat bijih nikel untuk kebutuhan 30 juta wet metrik ton. Ini u Untuk dikombinasikan dengan produk dalam negeri, karena kandungan silika dan besi pada bijih nikel kita cukup tinggi," terangnya.
Di samping strategi impor yang dianjurkan oleh Solomon, Djoko menekankan bahwa Indonesia perlu cepat mencari pasokan alternatif, entah itu di dalam maupun luar negeri.
Di luar negeri, dia menyebut adanya kemungkinan akuisisi pertambangan nikel di New West Nickel yang berada di Australia.
"atau mendapatkan akquisition New West di Australia, sebab Newmont telah menutup pertambangan nikel mereka, alasannya adalah biaya produksi per wet metric ton terlalu mahal," katanya.
Selain Solomon, menurut Forum Industri Nikel di Indonesia (FINI)_negara New Caledonia juga berpotensi untuk memenuhi kebutuhan impor nikel yang tersisa setelah Filipina meningkatkan ekspornya.
"Terkait dengan besarnya jumlah dan waktu pelaksanaan impor, kita masih belum mengetahui detailnya. Akan jadi lebih jelas ketika kiriman barang-barang itu tiba," penjelasannya. Ketua Umum FINI Arif Perdanakusumah pada hari Kamis (29/05).
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa impor biji nikel dari Filipina sampai dengan April 2025 sudah mencapai angka 12 juta wmt.
Sedangkan Volume impor biji nikel dan konsentrat berkode HS 26040000 dari Filipina di bulan Februari 2025 mencatatkan angka sebesar 2,38 juta ton, meningkat dibandingkan dengan 2,07 juta ton yang dicatatkan pada Januari 2025.
Posting Komentar