Menjelajahi Skrining Kesehatan Mental: Proses dan Metodenya

Bojong.my.id , Jakarta - Kesehatan mental Pada era saat ini, hal tersebut menjadi fokus utama sejalan dengan peningkatan kesadaran dalam kalangan masyarakat. Seperti yang baru-baru ini terjadi, seperti dilaporkan Antara Yang dipublikasikan pada Senin, 21 April 2025, Kementerian Kesehatan mengharuskan penilaian psikologi bagi mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) sebanyak satu kali dalam enam bulan.
Menteri Kesehatan (Menteri Kesehatan) Budi Gunadi Sadikin menyebut bahwa aturan tersebut diimplementasikan untuk mencegah tindak pidana yang mencakup peserta PPDS Kasus-kasus itu bukan saja merugikan dokter PPDS melainkan juga masyarakat, contohnya kasus dokter residen di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran yang melakukan pelecehan terhadap keluarga pasiennya.
Skrining Psikologis
Menurut informasi dari situs Medline Plus , Skripsi psikologi atau evaluasi kesehatan jiwa merupakan sejumlah pertanyaan baku yang direspon oleh individu guna mendukung profesional perawatan dalam menemukan gejala-gejalanya disfungsi mental. Melalui rangkaian pertanyaan tersebut, petugas kesehatan dapat meraih pemahaman tentang emosi, cara berpikir, tingkah laku, dan kemampuan mengingat seseorang.
Pengecekan ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan kesehatan jiwa sedari awal. Apabila hasilnya mencerminkan indikasi dari suatu kelainan, umumnya akan dijalankan evaluasi lebih jauh guna menerangkan diagnosa spesifik terkait kelainan jiwa tersebut. Kelainan jiwa pun sering kali dikategorikan sebagai penyakit jiwa; oleh karena itu pengecekan ini sesekali dirujuk sebagai 'pemeriksaan penyakit jiwa' ataupun 'evaluasi psikologis'.
Kecemasan atau kondisi psikologis dapat terjadi pada semua kalangan, baik itu anak kecil, remaja, ataupun orang dewasa. Karena alasan ini, telah dikembangkan beberapa metode penilaian awal yang dirancang sesuai dengan rentang usia masing-masing grup. Sebagian besar instrumen evaluasi bertujuan mengidentifikasi gejala-gejala umum dari masalah mental, sedangkan sejumlah lainnya ditujukan untuk mendeteksi jenis-jenis spesifik dari ketidakseimbangan emosional.
Pemeriksaan kesehatan jiwa amatlah esensial untuk menjamin kesegaran tubuh dan pikiran pada berbagai fase hidup. Terkadang, tanda-tanda dari suatu disfungsi psikiatrik dapat mengisyaratkan ada penyakit fisiologis lainnya. Bahkan sebaliknya, beberapa kondisi mental mungkin akan mendongkrak potensi timbulnya kelainan jasmani. Melalui evaluasi, penilaian medis serta perawatan yang sesuai, banyak individu yang didiagnosis memiliki problem emosional atau perilaku bisa sembuh total maupun meraih kemajuan signifikan.
Umumnya, pengecekan kesejahteraan psikologis dijalankan sebagai tahap pertama guna mengidentifikasi apabila individu tersebut memperlihatkan gejala-gejala disfungsi mental. Ini juga dapat berupa sebagian dari rangkaian pemeriksaan berkala. Uji pendeteksian singkat ini bertujuan untuk membantu menilai jika seseorang:
- Dapat berpotensi terkena masalah kesehatan jiwa
- Harus mengikuti uji tambahan guna memverifikasi diagnosa
- Perlu penanganan cepat sebelum diagnosa sepenuhnya terkompleksifikasi
Di samping itu, pengecekan kesehatan jiwa digunakan untuk menilai apakah terapi yang diterima sudah berhasil.
Jenis Pemeriksaan Kesehatan Jiwa
Menurut laman Kemenkes Makassar , terdapat berbagai macam uji yang biasa dipakai untuk mengevaluasi kondisi kejiwaan individu, diantaranya adalah:
- MMPI (Inventaris Kepribadian Multifaset Minnesota)
Tes ini sering dipakai untuk menilai gangguan jiwa seperti skizofrenia, depresi, dan kecemasan. MMPI juga digunakan dalam kasus hukum, misalnya menilai kondisi mental tersangka atau dalam sengketa hak asuh anak. Peserta akan menjawab pertanyaan benar atau salah, dan hasilnya menentukan apakah ada gangguan jiwa.
- PHQ-9 (Patient Health Questionnaire–9)
Uji ini bertujuan untuk mendeteksi depresi pada tahap awal serta menilai tingkat keparahan kondisinya. Para peserta akan merespons 9 pertanyaan yang sederhana menggunakan skala frekuensi mulai dari 0 (jarang sekali) hingga 4 (setiap harinya). Misalnya, mereka diminta menyebutkan seberapa sering mereka merasakan kesedihan selama dua pekan terakhir.
- BDI (Inventaris Depresi Beck)
Seperti halnya PHQ-9, BDI menilai tingkat depresi melalui 21 pertanyaan pilihan ganda yang perlu diisi oleh responden.
- STEPI (Skripsi Tes dan Indikator Awal Psikosis Skizofrenia)
Uji coba ini mempermudah dalam mendeteksi tanda-tanda skizofrenia melalui 17 pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari serta potensi adanya halusinasi atau delusi.
- Skala Yale-Brown untuk Obsesif-Kompulsif
Digunakan untuk mendeteksi dan mengukur derajat keparuhan penyakit OCD dengan menggunakan 10 pertanyaan spesifik dari seorang profesional medis.
Yolanda Agne bersumbang dalam penyusunan artikel ini.
Posting Komentar